Minggu, 02 Agustus 2009

Kontes dan Kates (Ini Anekdot loh...!)

meskipun tidak saya maksudkan sebagai anekdot, posting saya yang berjudul Dukung Stop Dreaming Start Action ditertawakan blogger sebelah. Tertawa berarti kan lucu. Padahal sudah saya beri pengantar bahwa posting itu bukan anekdot atau cerita lucu. Dia bilang, "Blog anekdot kok postingnya bukan anekdot, itu kan lucu." Betul juga ya... Kalau anekdot itu lucu kan sudah biasa. Tapi kalau yang namanya anekdot tapi tidak lucu, nah itu baru cerita lucu. Masak anekdot nggak lucu? Kan lucu jadinya... Tampaknya tukang anekdot sudah terkontaminasi virus kontes SEO.

Nah, ngomong-ngomong masalah kontes. Sebenarnya apa sih bedanya kontes sama kates? Blogger sebelah bilang "jelas beda. Kontes itu suatu event sementara kates itu sejenis buah (pepaya)". Aku jawab dia, "Lho kan ada juga kontes yang isinya kates?" Dia tampak bingung. "Kontes apa itu?" tanyanya. "Kontes kates," jawabku singkat.

Mendengar jawabanku dia masih tampak bingung. "Eh, ini apa anekdot?" tanyanya. "Iya.. Ini anekdot loh...!" jawabku. "Kok nggak lucu?" tanya dia lagi. "Katamu kalo anekdo tapi nggak lucu itu malah lucu.." jawabku. Ayo ketawa.... ha ha ha ha.


Sabtu, 01 Agustus 2009

Bukan Anekdot atau Cerita Lucu | Dukung "Stop Dreaming Start Action"

Lama blog ini terbengkalai. Mungkin pemiliknya telah kehilangan selera humor. Tidak ada lagi anekdot dan cerita lucu yang menggelitik diposting. PR1 yang pernah disematkan pada blog ini sekarang hilang. Kali ini nongol posting tapi bukan anekdot. Kenapa ya kok begitu. Malah ada sponsor dukungan untuk 'Stop Dreaming Start Action' segala. Apa blog ini sudah terinfeksi virus SEO? Mungkin.
Stop dreaming start action, kalimat itu sepertinya menjadi perebutan hampir semua blogger Indonesia. Stop dreaming start action sepertinya telah menjadi kalimat yang sangat tinggi nilainya. Entahlah. Yang jelas, stop dreaming start action telah menjadi sangat mahal harganya. 12 juta rupiah untuk yang berhasil menempatkan kalimat stop dreaming start action itu pada urutan pertama mesin pencari google.co.id. Nah, karena itu pula, pemilik blog yang sudah mulai ogah-ogahan mengurus blog ini akhirnya posting. Bukan anekdot lagi, tapi stop dreaming start action.

Tampaknya blog ini tidak sendirian berperilaku begitu. Lihat saja blog sebelah yang telah menjadi seperti rumah hantu karena sekian lama tak berpenghuni, tiba-tiba muncul tulisan stop dreaming start action di sana. Tidak lucu bukan? Namanya saja bukan anekdot. Jadi ini bukan cerita lucu. Makanya dilarang tertawa, apa lagi menertawakan posting ini.




Kamis, 07 Mei 2009

Anekdot Dollar

Anekdot ini datang dari seorang teman saya. Teman saya itu bercerita kepada saya tentang temannya yang meninggalkan pekerjaannya di sebuah perusahaan yang cukup ternama di negeri ini. Katanya, temannya itu tertarik pada sebuah iklan yang didapatinya ketika browsing di internet. Internet dapat memberi penghasilan yang jauh lebih besar dari gajinya selama ini. Teman saya itu yang sudah lama berkecimpung di dunia internet agak meragukan. Apa mungkin bisa menghasilkan puluhan ribu dollar dalam satu bulannya seperti yang diungkapkan temannya itu.

"Bener, Za, saya baru 2 hari bergabung dalam bisnis ini sudah menghasilkan 200 dollar" katanya kepada temanku itu.
"Wah... hebat benar itu...," kata temanku, "sudah diterima belum bayarannya..?"
"Belum sih... "
"Tapi tahu caranya mengambil hasilnya itu nggak?" tanya temanku lanjut.
"Belum..., baru saya pelajari..."
"Kalau begitu, coba kamu pelajari cara penarikannya... jangan-jangan nggak bisa ditarik kan ya sama aja bohong tuh..."
"Iya sih..."

Keesokan harinya mereka bertemu lagi.
"Bisnis itu bener, Za, ada aturan dan cara penarikannya... saya sudah tahu..." kata temannya temanku itu.
"Wah.. bagus itu.... tapi, kamu kok tampak nggak semangat gitu..?"
"Tau nggak, dollar yang dimaksud itu adalah dollar Zimbawgue..."
"Lha kan nggak papa to dollar Zimbague juga kan duit..."
"Duit sih duit... tapi tau nggak kursnya berapa...?"
"Nggak tau..."
"1 dollar zimbague sama dengan 0,001 rupiah.." katanya loyo.
"Hah...."


Jumat, 03 April 2009

Gundala

Ingat cerita super hero zaman dulu yang namanya Gundala...? Gundala lengkapnya biasa disebut bersama gelarnya, Gundala Putra Petir. Nah, saking saktinya tokoh yang satu ini sehingga anak-anak (jaman dulu) sering mengidolakan.

Cerita yang satu ini kisah seorang bapak yang dulunya penggemar komik Gundala. Kejadianya di kantor polisi. Sebut saja namanya Pak Sumar.


"Pak, saya mau lapor....," katanya ketika tiba di kantor polisi.
"Silahkan Pak," jawab seorang polisi yang sedang bertugas di meja piket. "Bapak mau lapor tentang apa...?"
"Maksud saya bukan mau lapor pak...." jawab Pak Sumar gugup.
"Lho, katanya tadi mau lapor...?!" kata polisi itu. "Kalau tidak mau lapor terus bapak ini mau apa?" tanya polisi itu lanjut.
"Saya mau menyerahkan diri, Pak..." jawab Sumar.
"Lho... kok..., memangnya bapak salah apa..."
"Anu pak... saya bersalah...."
"Iya.... salah bapak apa...?"
"Anu pak..., anak saya meninggal...."
"Meninggalnya karena apa pak...?"
"Meninggal karena disambar petir..."
"Lho.... anak bapak meninggal karena disambar petir kok bapak menyerahkan diri kepada polisi.... memangnya bapak ini salahnya apa...?"
"Anu pak.... saya yang salah pak...."
"Lha iya.... salah bapak apa...?"
"Karena anak saya saya ikat di atas pohon supaya kalau ada petir dia tersambar..."
"Lah... kenapa begitu pak...?"
"Anu pak... supaya dia bisa sakti seperti Gundala dan Ponari... Eh, kok malah mati..."


Sabtu, 21 Maret 2009

KISAH PEDAGANG SALAK

Teman-teman, kali ini saya posting anekdot tentang kisah pedagang salak. Anekdot ini kiriman dari teman saya Angga. Trims sobat.

Alkisah ada seorang pedagang salak yang sedang berjualan di taman kota. Taman yang dipenuhi dengan bunga-bunga indah yang mahal-mahal harganya. Saat itu si pedagang sedang kebelet pipis, tapi tempat itu jauh dari kamar mandi atau WC. Berhubung sudah ndak bisa menahan pipisnya, dia akhirnya pipis di situ. Tanpa disadari disitu ada tulisan, “Dilarang Kencing Disini !! Atau denda menanti anda !!”
Setelah selesai menuangkan rasa kebeletnya, tiba-tiba datang seorang Satpam yang langsung memukul pantat si pedagang.

Satpam : "Kamu ini gimana, ndak bisa baca ya? Ndak thu apa kalo bunga disini mahal-mahal harganya? Enak aja kamu kencingi sembarangan."
Pdgng Salak : "Maaf pak. Saya tidak tahu, abis sudah kepepet pak."
Satpam : "Sekarang kamu harus bayar denda, Rp. 2.000.000"
Pgdng Salak : "Waduh pak, damai saja ya pak. Hari ini saja dagangan saya belum laku. Salak saya itu pun kalo dijual harganya tidak sampai segitu. Kasihan anak istri saya di rumah pak......." (dengan wajah memelas).


Akhirnya pak Satpam luluh juga, tapi karena demi melaksanakan tugas maka si pedagang diberi sanksi juga.
Satpam : "Sekarang begini saja, kamu tidak saya denda, tapi kamu tetap harus menerima hukuman."
Pdgng Salak : "Apa itu pak ?"
Satpam : "Kamu harus memasukkan 3 buah salah ke dalam ...... anus kamu !"
Pdng Salak : "Waduh, mana mungkin pak, kan pasti sakit banget."
Satpam : "Ya udah, kalau begitu kamu bayar denda saja !!"

Karena tidak punya pilihan lain, maka si pedagang akhirnya mau juga menerima sanksi dari pak satpam.
Awalnya dia memilih salak yang paling kecil, dengan pelan-pelan dia masukkan buah salak itu ke duburnya. Hahahaha......... sambil meringis akhirnya masuk juga tuh salak.
Satpam : "Gimana, enak??? Ayo terus !! cepat !!!"

Lalu si pedagang mengambil salak yang kedua, kali ini agak besar karena sudah tidak ada yang kecil. Dengan muka merah padam menahan sakit dia memasukkan salak yang kedua. (bayangkan buah salak yang banyak durinya, hihihi.......... ngeri).
Pdgng Salak : "Udah ya pak, 2 saja ..... sakit pak."
Satpam : "Boleh, tapi brarti kamu memilih denda yach ??"

Karena sudah kepalang tanggung, akhirnya di pedagang mengambil salak yang ketiga. Kali ini besar karena salaknya tinggal yang besar-besar. Dengan perlahan tapi pasti akhirnya dia memasukkan buah itu juga. Tapi anehnya, begitu selesai memasukkan salak yang terakhir, si pedagang justru tertawa terbahak-bahak. Tentu saja pak satpam heran.
Satpam : "Kamu ko malah tertawa, apa tidak sakit dengan salak yang besar itu ??"
Pgdng Salak : (sambil terus tertawa) "Lihat itu pak ............. Amir si pedagang durian juga pipis ditempat itu. Trus gimana sanksinya pak ???? ...................... hahahahahahahaha"

Selasa, 10 Maret 2009

HANTU JEMPOL

Cerita ini dari penuturan teman saya. Kisah tentang HANTU JEMPOL alias ibu jari. Alkisah, ada seorang pemuda yang suka kebut-kebutan kalau sedang mengendarai motor. Pepatah mengatakan, sepandai-pandainya tupai meloncat pasti akan jatuh juga. Tak pelak, si pemuda itu meski jago ngebut akhirnya mengalami kecelakaan juga. Korban wafat seketika setelah motor yang dikendarainya melaju di jalan raya dengan kecepatan tinggi bertubrukan dengan bis kota. Saya tidak tahu persis kondisi fisik korban, tapi konon hancur lebur. Kecelakaan itu sempat memacetkan arus lalulintas beberapa saat. Polisi dibantu oleh warga segera mengevakuasi korban. Setelah melalui otopsi, jenasah dikebumikan oleh keluarganya. Nah, cerita HANTU JEMPOL lahir setelah pemakaman tersebut.


Setelah malam ketiga, beredar issu ada hantu jempol bergentayangan. Mulanya hantu itu menampakkan diri di sekitar TKP. Tetapi kemudian hantu itu meneror seluruh kota. Beberapa paranormal mengatakan bahwa hantu jempol itu adalah bagian tubuh dari korban tabrakan yang ketika dimakamkan bagian ibu jari masih tertinggal di tempat terjadinya kecelakaan. Menurut data hasil otopsi memang dinyatakan bahwa ibu jari kanan korban tidak ditemukan.

Semula teman saya itu tidak percaya kalau di jaman moderen ini masih ada hantu gentayangan di tengah kota. Suatu malam, ia merasa pintu kamar kostnya ada yang mengetuk. "Siapa sih malam-malam begini iseng," pikirnya. Ketika ia membuka pintu itu, ternyata tidak ada siapa-siapa di sana. Kembali ia tutup pintu itu. Tidak selang lama, pintu kembali diketuk. Bergegas ia membuka. Pikirnya, kalau ada yang iseng pasti langsung kepergok. Tetapi ternyata tidak ada siapa-siapa. "Aneh..." katanya dalam hati. Pintu kembali ditutup.

Sekali lagi, setelah pintu ditutup, ketukan kembali terdengar. Bulu-bulu kuduk teman saya itu mulai berdiri. Ada perasaan aneh mencekam pikirannya. Pelan-pelan ia membuka pintu sekali lagi. Dan... ternyata yang ada sepotong ibu jari melayang-layang. "Wah... ini dia hantu jempol itu..." katanya dalam hati. Ia mencoba melawan rasa takut yang menggelayut dalam benaknya. Mulailah dia mengucapkan doa-doa dengan khusuk. Tetapi hantu itu masih saja tidak bergeming. Bahkan terlihat bertambah besar. Semakin keras teman saya itu mengucapkan doa-doanya, maka semakin besar jempol itu terlihat. Ia mulai frustrasi. Diambilah sebuah sapu di balik pintu untuk menghalau hantu itu. Tetapi hantu itu menghindar. Bahkan balik menyerang. Saking kehabisan akal, teman saya itu menghardik spontan. "Hai jempol...!!! Kau pikir aku takut..!!!" katanya sambil mengacungkan jari kelingking. Melihat acungan jari kelingking, si jempol itu sontak lari terbirit-birit....

Rabu, 04 Maret 2009

CALEG IDEAL

Ini adalah sebuah anekdot tentang caleg ideal kita. Doni, setamat kuliah jurusan bahasa dan sastra daerah lontang-lantung tak punya pekerjaan. Dia tidak mau disebut pengangguran. Katanya, dia adalah jurnalis sekaligus aktivis LSM. Apa nama lembaganya, dia juga tidak mau menyebutkan. Kalau didesak, dia bilang "saya ini tenaga freelancer... aktivis volunteer...". Entahlah, yang jelas di kampung dia satu-satunya yang berlabel sarjana S1. Maklum, anak seorang pedagang sapi.


Belakangan poster foto-fotonya banyak terpampang di sudut-sudut jalanan. Dia menjadi calon legislatif DPRD-II. Gerilya kampanye dilakukannya dengan sangat gigih. Caleg dengan nomor urut 99 dari partai baru yang namanya samar-samar ini mengklaim sebagai "caleg ideal". Bersama itu terdengar dagangan sapi ayahnya laku keras. Mungkin ada hubungan logis ketenaran anak dengan bisnis orang tua? Belakangan terdengar ternyata sapi-sapi itu dijual dengan harga murah. Uangnya dipakai untuk membeli 'sapi-sapi ideal' yang diharapkan mampu mengangkut 'Sang Caleg Ideal' ke rumah legislatif.

Seorang pengamat politik dari kampung Doni berkomentar. "Doni ini memang caleg ideal."
Ketika dikonfirmasi lebih lanjut maksud label 'ideal' tersebut, sang pengamat tidak memberi keterangan. Mungkin yang dimaksudkan kata 'ideal' antonim dari kata 'real'...? Entahlah.....

Senin, 02 Maret 2009

KE DUKUN AJA

Slamet merasa bosan menjadi tukang sapu jalanan. "Syam, aku bosan kerja begini terus..." Katanya pada rekannya, Syamsul.

"Emangnya kamu mau kerja apa...?" Tanya Syamsul.

"Nggak tau...." jawabnya hampa. "Tapi aku bener-bener bosan... Kapan kita bisa kaya kalo seumur hidup cuma kerja begini terus...?!"


"Ya nggak bakalan lah..." jawab Syamsul, "tapi biar begini kan yang penting halal, Met..."

"Ada nggak yang bisa bikin kita kaya dengan mudah, biar nggak halal yang penting nggak melanggar hukum...?"

"Ada, Met... Ke dukun aja..." Jawab Syamsul.

"Kamu tau di mana dukun itu, Syam..."

"Ya aku tau, besok aku antar kalo kamu mau..."

Keesokan harinya mereka mendatangi dukun tersebut. Dalam sebuah rumah yang lebih mirip sebuah gubuk reot, dukun itu menerima kedua tamunya.

"Kok sendirian, Mbah..." tanya Slamet pada dukun itu.

"Iya, aku hidup sebatang kara tidak punya apa-apa..." jawabnya. "Sebenarnya maksud kedatangan kalian kesini ada kepentingan apa...?" Dukun itu balik bertanya.

"Gini...Mbah...," Slamet menjawab, "saya itu kan orang miskin.... trus minta tolong pada Mbah untuk merubah nasib saya menjadi orang kaya... bisa apa tidak ya, Mbah...?"

"Ya, apapun bisa saya lakukan..." jawabnya.

"Sebelumnya saya mau tanya, Mbah.... Kenapa kok Anda tidak mau kaya...?" tanya Slamet, "bukankah kaya itu menyenangkan...?"

"Kalau saya bisa, saya pasti lakukan dari dulu...!" jawab dukun itu.

Senin, 16 Februari 2009

MENGGANTIKAN PERAN IBU

Nita sekarang masih duduk di kelas dua SMA. Ibunya sudah meninggal dunia tiga tahun yang lalu. Sebelum meninggal dunia, ibunya berpesan untuk menggantikan perannya sebagai ibu rumah tangga. Memang berat baginya. Ia harus mengurusi ayah dan tiga orang adik yang badung-badung nggak ketulungan. Dalam benaknya ia berpikir, masak iya sih saya harus menggantikan peran ibu? Dia coba bertanya pada teman-teman, kerabat, dan bahkan kepada ulama. "Iya..., Nit. Sebagai anak sulung, perempuan, kamu memang harus menggantikan peran ibumu. Itu kalau kamu tidak mau menjadi anak durhaka." Begitu jawaban mereka.

Hari-harinya dijalani dengan murung. Ia yang dulu dikenal sebagai gadis periang kini berubah total.

Hari ini, rumah Nita dipenuhi pelayat. Nita bersama adik-adiknya resmi menyandang predikat yatim piyatu. Ayahnya ikut meninggal dunia menyusul ibunya. Tentu Nita akan semakin sedih dan murung, bukan...?

Ternyata tidak.Tidak tampak tanda-tanda kesedihan pada wajah gadis remaja itu. Bahkan, tidak dapat disembunyikan olehnya adanya persaan seolah-olah terbebas dari suatu tekanan batin. Kesan ini ditangkap oleh para pelayat, tidak terkecuali oleh Ani, sahabatnya. Melihat hal itu, Ani memberanikan diri bertanya.

"Kamu kok tampaknya tidak sedih ayahmu meninggal, Nit...?" tanya Ani hati-hati, takut tersinggung.

"Ya, seperti yang kamu lihat, An... Aku memang tidak sedih, tapi justru gembira..." Jawab Nita terus terang.

Tentu hal itu mengejutkan sahabatnya. "Kenapa begitu, Nit...?" tanya Ani lagi. "Bukankah bebanmu sekarang akan lebih berat...? Kamu sekarang harus mengurus adik-adikmu sendirian..."

"Selama ini mengurus adik-adik tidak menjadi beban bagiku... tapi, menggantikan tugas ibu di tempat tidurlah yang membuat aku tertekan lahir dan batin..."


Minggu, 15 Februari 2009

POLIGAMANIA

Ada banyak alasan mengapa seorang suami memutuskan untuk berpoligami. Apapun alasan-alasan itu, tampaknya teman saya yang satu ini lebih jujur. "Aku kawin lagi karna memang aku pengen," akunya.

Teman saya itu sudah mempuyai tiga istri. Maklum, secara ekonomis, tujuh istri pun ia sanggup menghidupi. Suatu saat saya bertemu dengan dia di sebuah supermarket. Saya melihat dia mengantar seorang perempuan masih sangat muda memilih-milih pakaian. "Siapa lagi perempuan itu...?" Pertanyaan itu menggelitik rasa ingin tahu saya. Saya kenal kedelapan anaknya dan ketiga istrinya, tetapi perempuan itu belum pernah saya lihat. Pada momen yang tepat, tanpa sepengetahuan perempuan itu, saya mencoba mencari tahu.

"Eh, siapa perempuan itu....?" tanyaku padanya.

"Istri baruku..." jawabnya ringan.

"Hah... kamu kawin lagi...?"

"Iya.." tampaknya ia tahu ketidakmampuan otak saya untuk memahaminya, "Aku kawin lagi karena ketiga istriku mulai tidak akur..." ia menjelaskan.

"Lah... tiga saja tidak bisa akur, masak mau ditambah satu lagi...?"

"Harus akur...." katanya, "kalau tidak bisa akur... ya ditambah lagi..."

"Kalau keempatnya ternyata akur tapi kamu masih pengen kawin lagi...?"

"Ya aku provokasi biar mereka berantem.... terus aku ada alasan untuk kawin lagi..."

Sabtu, 14 Februari 2009

SBY ANTI KORUPSI

Momot dan Mamik, dua mahasiswa FISIPOL sebuah universitas ternama sedang diskusi.

"Mot, gua heran....," Mamik bicara sambil menggaruk-garuk kepalanya, "Kalo SBY itu memang anti korupsi, kenapa kok baru setelah Soeharto meninggal beliau gencar melawan korupsi?"

"Ya karna memang SBY anti korupsi...!" jawab Momot tegas.

Mamik terlihat bingung dengan jawaban Momot. "Maksud lu, Mot...?"

"Ya karna SBY anti korupsi, maka beliau tidak mau mengurangi jumlah bintang di pundak Soeharto...." Momot menjelaskan dengan nada penuh penekanan.

"Ooo... Gitu ya, Mot....?!" kata Mamik dengan ekspresi seolah-olah mengerti. "Apa yah maksudnya...???" gumamnya dalam hati.


CINCIN KAWIN DI TEMPAT TAK SEHARUSNYA

Dokter Hera adalah seorang ahli bedah. Menjadi kebiasaan, pagi sebelum berangkat bekerja, ia dan suaminya sarapan bersama. Secara tidak sengaja, ia melirik pada jari kelingking suaminya. Betapa ia heran, tidak ada dilihatnya cincin perkawinan mereka melingkar di sana.

"Mas, kok cincinya tidak dipakai...?" tanyanya selidik.

Mendapat pertanyaan seperti itu, suaminya menunjukkan ekspresi yang sangat sedih.
"Sayang, aku minta maaf...." katanya, "cincin itu jatuh ke lubang kloset waktu aku buang air..."


Mendengar keterangan dari suainya, Hera merasa sangat kecewa. Sejanak ia terdiam. Tetapi, akhirnya ia menyadari bahwa cincin itu bukanlah segalanya. Itu hanyalah simbol.
"Mas, kamu boleh kehilangan cincin itu...., tapi aku harap tidak kehilangan cinta untukku," katanya.

"Oh tidak, Sayang..!" jawab Suaminya. "Cincin itu boleh hilang, tetapi cintaku tetap abadi."

Mendengar pernyataan suaminya itu, hati Hera sedikit terhibur. Sehabis sarapan, ia berangkat bekerja dengan hati lega.

Pagi ini ia dijadwalkan melakukan operasi pada seorang wanita muda. Menurut hasil tes radiologi, didapati benjolan aneh pada pintu rahimnya. Itulah yang membuat wanita muda itu selalu merasa nyeri pada bagian bawah perutnya.

Operasi berjalan lancar. Dokter Hera berhasil menganggkat benjolan itu dengan mudahnya. Setelah proses pembedahan selesai, dokter Hera membawa benda yang diangkat dari rahim pasiennya itu ke laboratorium untuk diteliti lebih lanjut. Betapa ia terkejut, ia merasa tidak asing dengan benda itu.

"Ini kan cincin suamiku yang jatuh ke lubang kloset...." renungnya heran, "kenapa bisa masuk ke rahim wanita itu....?"

Jumat, 13 Februari 2009

NERAKA TEMPAT YANG MENYENANGKAN

Udin dan Sabri menyusuri jalan raya di siang bolong. Matahari terasa sangat menyengat. Belum lagi ditambah pantulan dari aspal yang menerpa wajah mereka. Maklum, di sepanjang jalan memang sudah tidak ada sebatang pohon pun yang tumbuh.

"Bri, panas ya..?" tanya Udin pada temannya yang terengah-engah bersimbah peluh.

"Udah tau, nanya..." jawab Sobri ketus.

"Bri, ini masih di bumi... panasnya sudah bukan main...," kata Udin "Kita kudu latihan, Bri..," lanjut Udin, "... kata orang, ntar di neraka panasnya ribuan kali lipat dari ini...."

"Alaaahh.... Sok tau kamu, Din..." potong Sobri, "memangnya kamu sudah pernah meninjau kesana?"

"Ya nggaklah...." Jawab Udin, "Orang harus mati dulu baru bisa tau tempat surga dan neraka. Memangnya aku pernah mati...?"

"Lho, kok kamu tau kalo di neraka jauh lebih panas...?"

"Itu kata orang, Din..."

"Itu mah neraka jaman dulu..."

"Memangnya beda, Din... Neraka jaman dulu sama jaman sekarang..?"

"Ya iyalah...."

"Kok....?"

"Bri..., neraka jaman sekarang sudah nggak panas lagi..."

"Kenapa begitu, Din...?" tanya Sobri terheran-heran.

"Neraka jaman sekarang itu kan tempatnya orang-orang kaya.... misalnya, para koruptor, para penipu, bandar narkoba.... pokoknya tempatnya orang-orang yang hartanya nggak habis dimakan sampai seratus turunan..." jelas Udin.

"Memangnya kalo banyak orang-orang kaya di sana, jadi nggak panas lagi...?" tanya Sobri setengah heran.

"Panas sih tetep, tapi mereka dengan hartanya bisa memasang AC di setiap sudut neraka.... terus lagi, mereka siapkan tabung pemadam api di setiap tempat.... Jadi, neraka tidak panas lagi..."

"Ah... Ngaco lu...."